PENYESUAIAN DIRI DAN PERTUMBUHAN
Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan
A.
Penyesuaian Diri
Penyesuaian
diri merupakan suatu istilah yang sangat sulit didefinisikan, karena memiliki
banyak arti dan tidak memiliki patokan jelas untuk menilai nya. Menurut
Kartono, penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada
diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga permusuhan, kemarahan, depresi,
dan emosi negatif lain sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang
efisien bisa dikikis. Hariyadi, dkk (2003) menyatakan penyesuaian diri adalah
kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan atau dapat pula
mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri sendiri.
Penyesuaian
diri tidak bisa disebut baik atau buruk, maka dapat didefinisikan dengan sangat
sederhana, yaitu suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah
laku yang menyebabkan individu berusaha menanggulangi kebutuhan-kebutuhan,
tegangan-tegangan, frustasi-frustasi, dan konflik batin serta menyelaraskan tuntutan
batin dengan tuntutan dunia. Hal penting dalam memelajari konsep penyesuaian
diri bukan dari macamnya tingkah laku yang menentukan apakah orang dapat
menangani proses penyesuaian diri, tetapi cara bagaimana tingkah laku itu
digunakan. Konsep penyesuaian diri dapat digunakan sejauh respon-respon
terhadap stress berfungsi untuk meringankan tuntutan-tuntutan yang ada pada
individu. Apabila respon-respon tersebut tidak efisien, merugikan kesejahteraan
pribadi, atau patologik, maka respon itu disebut sebagai respon yang tidak
mampu menyesuaikan diri.
Aspek-Aspek
Penyeuaian diri
Menurut
Fatimah (2006) penyesuaian iri memiliki dua aspek, yakni penyesuaian pribadi
dan penyesuaian social, penyesuaian pribadi adalah kemampuan seseorang untuk
menerima diri demi tercapainya hubungan yang harmonis antara dirinya dengan
lingkungannya. Sedangkan kemampuan untuk mematuhi nilai dan norma social yang
berlaku didalam masyarakat guna diterima dalam lingkungannya.
Karakteristik
penyesuaian iri yang positif menurut supriyo (2008:91) adalah :
-
Mampu menerima dan memahami diri baik
kelebihan dan kekurangan.
-
Mampu menerima dan menilai kenyataan diluar dirinya, secara
objektif.
-
Mampu bertindak sesuai dengan potensi.
-
Memiliki perasaan aman yang memdai.
-
Rasa hormat dan mampu bertindak toleran kepada sesame
-
Bersikap terbuka dan sanggup menerima umpan balik
-
Memiliki kesetabilan psikologi terutama kesetabilan emosi.
-
Mampu bertindak sesuai norma yang berlaku serta selaras dengan
hak dan kewajibannya.
B.
Pertumbuhan
Personal
Manusia
merupakan mahluk individu. manusia disebut sebagai individu apabila tingkah
lakunya spesifik atau menggambarkan dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku
secara umum atau seperti orang lain. Jadi individu adalah seorang manusia yang
tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas dalam lingkup sosial tetapi
mempunyai ke khasan tersendiri yang spesifik terhadap dirinya dalam lingkup
sosial tersebut. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung
terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui
proses yang panjang.
1. Penekanan
Pertumbuhan
Pertumbuhan
adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada
waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi
dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter
dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan
dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur
biologis.
Secara umum konsep
perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa perkembangan berjalan dengan
prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang
berdiferensiasi sampai keadaan dimana diferensiasi, artikulasi dan integrasi
meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip
totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun
bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka
keseluruhan.
2. Variasi
Dalam Pertumbuhan
Tidak
selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena
kadang-kadang ada rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan
penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau
mungkin diluar dirinya.
3. Kondisi-Kondisi
Untuk bertumbuh
Kondisi
jasmaniah seperti pembawa dan struktur atau konstitusi fisik dan tempramen
sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara intrinsik
berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa
terdapat korelasi ang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe
tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstromorf yaitu yang
ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan
dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi
primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan sistem syaraf, kelenjar, dan
otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri.
Beberapa penelitian
menunjukan bahwa gangguan dalam sistem syaraf, kelenjar dan otot dapat
menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku dan kepribadian. Dengan
demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya
proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan penyakit
jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri
yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan
jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang
diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya.
- Fenomenologi Pertumbuhan
Fenomenologi
memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan“ yang di persepsikan dan
diinterpretasi secara subyektf. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya
sendiri. “alam” pengalaman setia yang berbeda dari alam pengalam orang lain
(Brower. 1983 : 14). Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan – tulisan Carl
Rogers, yng boleh disebut sebagai bapak psikologi Humanistik. Carl Rogers
menggaris besarkan pandangan humanistik sebagai berikut (kita pinjam dengan
sedikit perubahan dari Coleman dan Hammen. 1974 :33).
Referensi:
Semium, Yustinus (2006) Kesehatan
mental 1. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Yogyakarta
Komentar
Posting Komentar