Psikoterapi
Terapi Keluarga
(Family Therapy)
Sejarah Terapi Keluarga
Penelitian mengenai terapi keluarga dimulai pada tahun 1950-an oleh
seorang Antropologis bernama Gregory Bateson yang meneliti tentang pola
komunikasi pada keluarga pasien skizofrenia di Palo Alto, California.
Penelitian ini menghasilkan 2 konsep mengenai terapi dan patologi keluarga,
yaitu :
a)
The double bind (ikatan
ganda) à Dalam terapi keluarga, munculnya gangguan terjadi saat salah satu
anggota membaik tetapi anggota keluarga lain menghalang-halangi agar keadaan
tetap stabil.
b)
Family homeostasis (kestabikan
keluarga) à Bagaimana keluarga menjaga kestabilannya ketika terancam.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan fungsi anggota keluarga maka sistem
dalam keluarga musti dipengaruhi dengan melibatkan seluruh anggota keluarga
bukan individual/perorangan.
Adanya gangguan dalam pola komunikasi keluarga adalah inti dari double
bind. Ini terjadi bila ‘korban’ menerima pesan yang berlawanan/bertentangan
yang membuat sulit bertindak konsisten dan memuaskan. Anak diberitahukan bahwa
ia harus asertif dan membela haknya namun diwaktu yang sama dia diharuskan
menghormati orangtuanya, tidak menentang kehendaknya, dan tidak pernah
menanyakan/menuntut kebutuhan mereka. Apa yang dikatakan berbeda dengan yang
dilakukan. Keadaan ini selalu ditutupi dan disembunyikan, sehingga si ‘korban’
tidak pernah menemukan sumber dari kebingungannya. Jika komunikasi ini (double
bind communication) terjadi berulang kali, akan mendorong perilaku skizoprenik.
Kemudian timbul kontrovesi mengenai teori double bind ini, khususnya
dengan faktor gentik dan sosiologi yang menyebabkan terjadinya skizofrenia. Hal
ini kemudian melahirkan penelitian untuk pengembangan terapi keluarga.
Teori keluarga memiliki pandangan bahwa keluarga adalah fokus unit
utama. Keluarga inti secara tradisional dipandang sebagai sekelompok orang yang
dihubungkan oleh ikatan darah dan ikatan hukum. Fungsi keluarga adalah sebagai
tempat saling bertukar antara anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan fisik
dan emosional setiap individu. Untuk menjaga struktur mereka, sistem keluarga
memiliki aturan, prinsip-prinsip yang memungkinkan mereka untuk melakukan
tugas-tugas hidup sehari-hari. Beberapa peraturan yang dinegosiasikan secara
terbuka dan terang-terangan, sedangkan yang lain terucap dan rahasia. Keluarga
sehat memiliki aturan yang konsisten, jelas, danditegakkan dari waktu ke waktu
tetapi dapat disesuaikan dengan perubahan perkembangan kebutuhan keluarga. Setiap
anggota keluarga memiliki peranan yang jelas terkait dengan posisi sosial
mereka.
Ø
Definisi Terapi Keluarga
Terapi keluarga àdalah Suatu metode terapi dimana anggota keluarga
memperoleh pemahaman terhadap permasalahannya, mengembangkan komunikasi, dan
meningkatkan fungsi dari setiap individu dalam keluarga. Terapi keluarga juga
menghadirkan suatu bentuk intervensi yang mana anggota keluarga dibantu untuk
mengidentifikasi dan merubah masalah maladaptif, menjadi lebih sehat. Fokus
dari terapi ini, bukan individual, namun pada keluarga secara keseluruhan.
Ø
Prinsip Terapi Keluarga
Konsep keluarga sebagai sistem perilaku
dengan sifat yang unik dengan keseluruhan karakteristik individu dari semua
anggota.
Diasumsikan bahwa hubungan dekat tercipta karena
cara keluarga berfungsi sebagai kelompok
dan adaptasi emosional dari anggotanya
Ø
Tujuan Terapi Keluarga
Meningkatkan keterampilan interpersonal dan
perilaku.
Mengembangkan komunikasi secara terbuka.
Meningkatkan fungsi keluarga secara optimal.
Memfasilitasi perubahan positif dalam
keluarga.
Ø
Indikasi Terapi Keluarga
Masalah yang muncul seperti konflik
perkawinan, konflik sibling, konflik antar generasi.
Berbagai tipe kesulitan dan konflik muncul di
antara individu dan anggota keluarga.
Keluarga mengalami masa transisi, misalnya
keluarga baru menikah, kelahiran anak pertama, remaja.
Terapi individu yang perlu melibatkan anggota
keluarga yang lain.
Tidak ada perkembangan yang muncul dengan
psikoterapi individu yang adekuat.
Individu dalam terapi tidak mampu menggunakan
terapi individu untuk menyelesaikan masalah
Ø
Pendekatan Terapi Keluarga
Banyak teori-teori yang digunakan dalam pendekatan terhadap terapi
keluarga. Pendekatan atau kerangka kerja ini meliputi à Cognitive Behavioral,
Family System, Experimental, Humanistic, Integrative, Brief Therapy, Systemic,
Narratif, Psychodinamic, Psychoanalytical, Psychoeducational, Solution-Focused,
Strategic, Structural, Transgenerational, Development, Gender, Organizational,
Cultural, Functional, Conflict, dan Ecological.
Ø
Tahap-Tahap Terapi Keluarga
1.
Initial interview
Terapis membuat kontrak pertemuan dengan
keluarga dan mengumpulkan data. Selama tahap ini terapis memfasilitasi proses
penentuan masalah yang diidentifikasi oleh keluarga. Proses ini meliputi :
a.
Engagement stage : pertemuan
keluarga dan menjelaskan apa yang mereka inginkan.
b.
Assessment stage : identifikasi
masalah yang menjadi perhatian keluarga.
c.
Exploration stage : terapis dan
keluarga mengeksplorasi masalah lain yang berkaitan dengan masalah utama
d.
Goal-setting stage : terapis
mensistesis semua informasi, dan anggota keluarga menetapkan apa yang ingin
mereka ubah
e.
Termination stage : akhir fase
initial review, menetapkan kontrak untuk pertemuan berikutnya dan siapa saja anggota
keluarga yang harus hadir dalam pertemuan tersebut.
2.
Fase Kerja
Tujuan dari fase ini adalah untuk membantu
keluarga menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan. Selama fase ini
terapis mengidentifikasi kekuatan dan permasalahan keluarga. Kekuatan keluarga
berguna dalam membantu keluarga untuk tetap stabil. Biasanya setiap sesi
dilakukan 1xseminggu dengan waktu lebih kurang
1 jam. 12 kekuatan yang dimiliki oleh keluarga, yaitu :
1)
Kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan fisik, emosi, dan spiritual dari setiap anggota keluarga.
1)
Kemampuan untuk menjadi sensitif
terhadap kebutuhan anggota keluarga
2)
Kemampuan untuk mengkomunikasikan
perasaan, emosi, keyakinan, dan nilai-nilai yang efektif.
3)
Kemampuan untuk memberikan
dukungan, keamanan, dan dorongan untuk meningkatkan kreatifitas serta
kemandirian.
4)
Kemampuan untuk memulai dan
mempertahankan pertumbuhan hubungan yang produktif dengan dan tanpa sistem
keluarga.
5)
Kapasitas untuk mempertahankan
dan menciptakan komunitas hubungan yang konstruktif dan penuh tanggung jawab
dengan tetangga, sekolah, kota dan pemerintahan lokal atau pusat.
6)
Kemampuan untuk tumbuh dengan dan
melalui anak
7)
Kemampuan untuk membantu diri
sendiri dan kemampuan untuk menerima bantuan yang sesuai
8)
Kemampuan untuk menampilkan peran
keluarga yang fleksibel
9)
Kemampuan untuk memperlihatkan
rasa hormat yang menguntungkan untuk individual dan kemandirian bagi setiap
anggota keluarga
10) Kemampuan untuk menggunakan sebuah krisis sebagai makna untuk
berubah
11) Kemampuan untuk memiliki perhatian pada unit keluarga dan setia,
serta untuk kerjasama antar anggota keluarga.
3.
Fase Terminasi
Kadang terminasi dapat terjadi sebelum
waktunya. Hal ini biasanya terjadi jika keluarga merasa perubahan yang terjadi
mengancam fungsi keluarga yang sudah ada. Pada keadaan ini terapis harus
melakukan review masalah yang telah teridentifikasi dengan keluarga dan
menegoisasikan kembali kontrak dan jumlah sesi-sesi keluarga. Jika keluarga
sudah mencapai tujuan dan masalah sudah terselesaikan, maka terminasi harus
dilakukan
Ø
Jenis-Jenis Terapi Keluarga
a.
Terapi Keluarga “Bowenian” atau Transgenerasional
Menurut pendekatan ini,
keluarga dilihat sebagai sebuah unit yang saling tergantung secara emosional,
dengan pola-pola perilaku yang terbentuk seiring perjalanan waktu dan sering
kali diulangi kembali dari generasi ke generasi. Keluarga menciptakan iklim
emosional dan pola perilaku yang akan diduplikat oleh anggota-anggotanya dalam
hubungan-hubungan di luar setting keluarga.
Tujuan utama tipe intervensi
ini adalah à (a) mengurangi tingkat kecemasan keluarga secara keseluruhan,
sehingga memungkinkan anggota-anggotanya untuk berfungsi secara independen dan
mengubah perilaku-perilaku bermasalahnya, (b) mengingkatkan tingkat
diferensiasi dasar masing-masing anggota dari kebersamaan emosional keluarga,
proses yang memungkinkan anggota-anggotanya untuk memberikan respons terhadap
berbagai situasi emosional secara lebih efektif. Refleksi diri tentang
keluarganya sendiri merupakan hal yang berguna bagi terapis keluarga.
Teknik-teknik yang digunakan
dalam terapi tipe ini adalah :
a)
Klien berbicara dengan terapis, bukan dengan sesama anggota keluarga.
Ini untuk menjaga agar reaktivitas
emosional tetap rendah.
b)
Genograms merupakan peta yang merepresentasikan paling tidak tiga
generasi dalam keluarga.
c)
Detriangulating yaitu tetap bersikap objektif dan tidak memihak.
b.
Terapi Keluarga Komunikasi dan Satir
Ciri khas pendekatan ini adalah
kenaikan self-esteem anggota keluarga sebagai sarana untuk mengubah sistem
interpersonal keluarga. Pendekatan ini mengasumsikan keberadaan keterkaitan
antara self-esteem dan komunikasi, di mana kualitas yang satu mempengaruhi
kualitas yang lainnya.
Tujuan dari pendekatan ini
adalah meningkatkan kematangan keluarga. Tugas terapis dalam terapi ini sebagai
berikut à (a) Memfasilitasi penciptaan harapan dalam keluarga, (b) Memperkuat
keterampilan coping pada anggota keluarga dan proses-proses coping dalam
keluarga itu, (c) Memberdayakan setiap individu dalam keluarga itu agar dapat
menentukan pilihan dan bertanggung jawab terhadap pilihan yang diambilnya,
(d)Memperbaiki kesehatan masing-masing anggota keluarga dan kesehatan dalam
sistem keluarga itu.
Teknik-teknik yang digunakan
dalam pendekatan ini adalah :
a)
Kronologi fakta kehidupan keluarga, riwayat keluarga holistik.
b)
Metaphor, yaitu diskusi tentang sebuah ide dengan menggunakan analogi.
c)
Drama. Para anggota keluarga memainkan adegan-adegan yang diambil dari
kehidupan mereka.
c.
Terapi Keluarga Eksperiensial
Pendekatan ini menekankan pada
pentingnya mengalami dan mengekspresikan emosi here-and-now. Tipe terapi ini
cenderung menekankan pada promosi proses pertumbuhan alamiah dalam keluarga,
sambil sekaligus memberikan perhatian pada perebutan tipikal antara otonomi dan
interpersonal belonging yang terjadi dalam keluarga. Terapi jenis ini membantu
para anggota keluarga untuk meningkatkan rasa memiliki keluarga, sambil
meningkatkan kemampuan keluarga itu untuk memberikan kebebasan sebagai individu
kepada setiap anggotanya.
Terapi ini akan sukses jika dapat mencapai sejumlah tujuan yang satu
sama lain saling berkaitan. Teknik-teknik yang digunakan dalam terapi ini,
yaitu :
a)
Bergabung, yaitu klinisi menjalin hubungan dengan seluruh anggota
keluarga.
b)
Pekerjaan rumah. Para anggota keluarga tidak akan membicarakan tentang
terapi di sela-sela sesi.
c)
Penggunaan self. Klinisi berhubungan dengan dirinya sendiri dan berbagi
dengan keluarga itu.
d.
Terapi Keluarga Milan
Terapi keluarga Milan melihat
bahwa manusia terlibat dalam interaksi-interaksi resiprokal yang mengakibatkan
evolusi berkelanjutan dalam keluarga. Konsekuensinya, masalah yang tampak
dianggap merupakan fungsi keluarga dan bukan sebagai gejala-gejala patologis
yang melekat pada individu tertentu. Biasanya klinisi membantu keluarga
menemukan aturan permainan keluarga itu dan memberdayakan mereka untuk mengubah
aturan itu untuk memperbaiki hasilnya. Terapis berupaya untuk tetap bersikap
netral dan memfasilitasi prosesnya dan bukan menjadi ikut terorganisasi ke
dalam sistem keluarga itu. Teknik-teknik yang digunakan adalah sebagai berikut
:
a) Circular questioning, yaitu memungkinkan
akses ke persepsi/reaksi anggota-anggota keluarga.
b)
Prescriptions, yaitu instruksi-instruksi paradoksal untuk menangani
gejala.
c)
Hipotesis, terapis mengusung ide-ide terdidik dalam sesi.
e.
Terapi Keluarga Konstruktivis atau Naratif
Fokus dari pendekatan ini
adalah perkembangan makna atau cerita tentang kehidupan orang dan peran yang
dimainkan orang dalam kehidupannya. Cerita-cerita ini menjadi fokus intervensi.
Pengubahan proses-proses evaluasi dan pemaknaan yang dilakukan oleh seluruh
anggota sistem itu, dan sistem itu sendiri, guna memperbaiki fungsi unit
keluarga itu secara keseluruhan dan mengurangi kepedihan dan penderitaan.
Teknik-teknik yang digunakan dalam pendekatan ini adalah :
a)
Dekonstruksi, yaitu mengurangi
riwayat permasalahan.
b)
Rekonstruksi/re-authoring, yaitu
proses pengembangan kisah keluarga yang baru.
c)
Tim yang melakukan refleksi.
Sekelompok professional pengamat mendiskusikan tentang keluarga itu.
f.
Terapi Keluarga Berfokus-Solusi
Asumsi
: Perubahan merupakan sesuatu yang tak terhindarkan
Fokus
: Bidang-bidang yang dapat diubah, fokus pada hal-hal yang mungkin,
berusaha mengambil kekuatan dan kompetensi yang sudah ada dalam keluarga itu
dan memanfaatkannya serta memfasilitasi. Teknik yang digunakan à Dekonstruksi :
menciptakan keraguan dalam kerangka acuan keluarga
g.
Terapi Keluarga Strategik
Berfokus pada perubahan perilaku bukan
perubahan pemahaman/insight. Lebih berkonsentrasi pada teknik daripada teori.
Tujuan utamanya yaitu dihasilkannya solusi dan intervensi.
h.
Terapi Keluarga Struktural
Menekankan pentingnya proses daripada isi dan
melihat struktur keluarga sebagai struktur yang terdiri atas sejumlah transaksi
komunikasi keluarga. Fokus utamanya subsistem dan batas-batas yang ada dalam
keluarga tersebut. Batas tersebut dapat bersifat kaku, jelas,kabur. Tujuan
utamanya mengatasi berbagai masalah dengan mengubah struktur system yang
mendasari. Sesi terapi bersifat aktif, penekanan pada proses daripada insight.
Tiga tahap intervensi yaitu :
a) Terapis berusaha bergabung dan diakomodasi
oleh system keluarga. Terapis harus menyesuaikan dengan system komunikasi dan
persepsi keluarga.
b)
Pembentukan diagnosis structural dimulai dengan bergabung dengan
keluarga dilanjutkan dengan adanya keterlibatan terapis. Membutuhkan observasi
dan reformulasi hipotesis yang terus menerus.
c)
Ketika terapi teraputik bergerak maju, terapis berusaha menggunakan
intervensi yang akan menghasilkan restrukturisasi system keluarga
Teknik-tekniknya yaitu :
a)
Mintesis/ imitasi : mengadopsi gaya komunikasi keluarga.
b)
Mengaktualisasi pola transaksional keluarga : keluarga memainkan adegan
interaksi.
c)
Menandai batas-batas : menguatkan batas-batas yang kabur dan
melonggarkan yang kaku
i.
Terapi Behavioral dan Kognitif-Behavioral
Asumsinya perilaku sebagai sesuatu yang
dipelajari, menekankan pentingnya konsekuensi perilaku dalam pemeliharaan dan
kemunculan ulang. Berfokus pada fungsi perilaku dan kognisi. Tugas klinisi
yaitu :
a)
Mengajari keluarga mengases tindakan, pola pikir dan konsekuensi yang
membuat perilaku mereka bertahan atau diulang.
b)
Mengganti perilaku tidak efektif dengan perilaku adaptif antara lain
dengan mengajarkan ketrampilan komunikasi, mengatasi masalah, strategi resolusi
konflik, menjalin kontrak, negosiasi, penguatan perilaku sehat, mengurangi
perilaki maladaptive.
j.
Terapi Keluarga Psikodinamik dan Relasi Objek
Berfokus
pada latar belakang intrapsikis dari masing-masing anggota, hubungan di
masa lalu, ingatan serta konflik di awal kehidupan. Tujuannya membuat pola-pola
tak sadar yang berlaku dalam keluarga menjadi pola-pola yang disadari.
Menggunakan aliansi terapeutik, menelaah pertahanan dan resistensi keluarga,
membantu anggota keluarga menginternalisasi objek yang adaptif .
Unsur - Unsur Terapi Keluarga
Terapi keluarga didasarkan pada teori system yang terdiri dari 3
prinsip. Pertama adalah kausalitas sirkular, artinya peristiwa berhubungan dan
saling bergantung bukan ditentukan dalam sebab satu arah-efek perhubungan.
Jadi, tidak ada anggota keluarga yang menjadi penyebab masalah lain; perilaku
tiap anggota tergantung pada perbedaan tingkat antara satu dengan yang lainnya.
Prinsip kedua, ekologi, mengatakan bahwa system hanya dapat dimengerti sebagai pola integrasi, tidak sebagai
kumpulan dari bagian komponen. Dalam system keluarga, perubahan perilaku salah
satu anggota akan mempengaruhi yang lain. Prinsip ketiga adalah subjektivitas
yang artinya tidak ada pandangan yang objektif terhadap suatu masalah, tiap
anggota keluarga mempunyai persepsi sendiri dari masalah keluarga.
Terapi keluarga tidak bisa digunakan bila tidak mungkin untuk
mempertahankan atau memperbaiki hubungan kerja antar anggota kunci keluarga.
Tanpa adanya ksadaran akan pentingnya menyelesaikan masalah pada setiap anggota
inti keluarga, maka terapi keluarga sulit dilaksanakan. Bahkan meskipun seluruh
anggota keluarga datang atau mau terlibat, namun beberapa system dalam keluarga
akan sangat rentan untuk terlibat dalam terapi keluarga.
Daftar Referensi :
Anderson, E.T. (2000). Community as partner:
theory and practice in nursing. (3rd ed). Philadelphia: Lippincott
Fawcett, Jacqueline. (2005). Contemporary
nursing knowledge: analysis and evaluation of nursing models and theories. (2nd
ed). Phialdelphia: F.A. Davis Company
Fitzpatrick, J.J & Whall, A.L. (1989).
Conceptual models of nursing: analysis and application. (2nd ed). California:
Appleton & Lange
Nies, M.A & McEwen, Melanie. (2001).
Community health nursing: promoting the health of population. (3rd ed).
Philadelphia: W.B. Saunders Company
Shives, L.R. (1998). Basic concept
psychiatric – mental health nursing. (4th ed). Philadelphia: Lippincolt.
Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005).
Principles and practice of psychiatric nursing. (7th edition). St.Louis : Mosby
Townsend, M.C. (2005). Essentials of
psychiatric mental health nursing. (3rd ed.) Philadelphia: F.A.Davis Company
Tomey, A. M. (1998). Nursing theories and
their work. (4th ed). St.Louis: Mosby
Komentar
Posting Komentar