SELF- DIRECTED CHANGES KESEHATAN MENTAL MINGGU KE14
Self-directed
changes adalah sebuah teori yang mengajarkan tentang bagaimana kita bisa
mengubah diri kearah yang lebih baik dari kenyataan hidup yang kurang
mendukung.
Kalau kita tidak bisa mengantisipasi perubahan, maka kita perlu menjadikan perubahan itu sebagai dorngan untuk mengubah diri.
Kalau kita tidak bisa mengantisipasi perubahan, maka kita perlu menjadikan perubahan itu sebagai dorngan untuk mengubah diri.
Menurut Gibbons
(2002), self directed learning adalah peningkatan pengetahuan,
keahlian, prestasi, dan mengembangkan diri dimana individu menggunakan banyak
metode dalam banyak situasi dalam setiap waktu. Self directed learning diperlukan
karena dapat memberikan siswa kemampuan untuk mengerjakan tugas, untuk
mengkombinasikan perkembangan kemampuan dengan perkembangan karakter dan
mempersiapkan siswa untuk mempelajari seluruh kehidupan mereka. Self
directed learning meliputi bagaimana siswa belajar setiap harinya,
bagaimana siswa dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang cepat berubah, dan
bagaimana siswa dapat mengambil inisiatif sendiri ketika suatu kesempatan tidak
terjadi atau tidak muncul.
Knowles (dalam
Jennings, 1975) menambahkan bahwa self directed learningadalah sebuah
proses dimana sebuah dimana individu mengambil inisiatif, dengan atau tanpa
bantuan orang lain, dan proses dalam self-directed learningini dilakukan
dengan menyadari kebutuhan sendiri dalam belajar, mengatur tujuan pribadi,
membuat keputusan pada sumber dan strategi belajar dan menilai hasil.
Menurut Long
(dalam Bath & Kamath, 2005) self directed learning adalah proses
mental yang biasanya disertai dan didukung dengan aktivitas perilaku yang
meliputi identifikasi dan pencarian informasi. Dalam self directed
learning, pelajar secara sengaja menerima tanggung jawab untuk membuat
keputusan tentang tujuan dan usaha mereka sehingga mereka sendiri yang menjadi
agen perubahan dalam belajar.
Teori
Guglielmino (dalam Shiong,dkk, 1977) mengemukakan bahwa self directed
learning dapat terjadi dalam banyak situasi yang bervariasi, mulai dari
ruangan kelas yang berfokus pada guru secara langsung (teacher directed) menjadi
belajar dengan perencanaan siswa sendiri (self planned) dan dilakukan
sendiri (self conducted). Guglielmino (1977) lebih lanjut menyatakan
tentang karakteristik yang dimiliki oleh pelajar, yakni sikap, nilai,
kepercayaan, dan kemampuan yang akhirnya menentukan apakah self directed
learning terjadi pada suatu situasi belajar.
Dari beberapa
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa self directed learning adalah
peningkatan pengetahuan, keahlian, prestasi, dan pengembangkan diri individu
yang diawali dengan inisiatif sendiri dengan belajar perencanaan belajar
sendiri (self planned) dan dilakukan sendiri (self conducted),
menyadari kebutuhan belajar, tujuan belajar, membuat strategi belajar, menilai
hasil belajar, serta memiliki tanggung jawab sendiri menjadi agen perubahan
dalam belajar.
Bagaimana
caranya???
Mudah-mudah saja
kok! Menurut SDCT (Self-Directed Change Theory) ada 3 cara, yaitu
sebagai berikut:
1. Yang
pertama, kita perlu memunculkan rasa tidak puas terhadap kondisi aktual yan
kita hadapi saat ini (actual)
2. Yang
kedua, kita perlu memiliki gambaran yang jelas tentang kondisi ideal ang kita
inginkan (ideal)
3. Yang
ketiga, kita perlu memiliki konsep yang jelas tentang apa yang bisa kita
lakukan untuk bergerak dari kondisi aktual menuju kondisi ideal (Action Step)
Tiga langkah di
atas harus berupa satu rangkaian yang tak terpisah. Jika sampai terpisah,
akibatnya malah akan jelek. Misalnya, kita tidak puas dengan keadaan sekarang,
tetapi rasa itu tidak kita gunakan untuk memunculkan gambaran yang jelas
tentang keadaan yang kita inginkan dan tidak pula kita gunakan untuk mendorong
mendorong aksi, apa kira-kira yang akan terjadi? Yang paling berpotensi akan
terjadi adalah akan muncul konflik-diri…
tapi
sebaliknya, jika kita sanggup mengelola ketidakpuasan itu menjadi dorongan
untuk mendinamiskan batin, pasti hasilnya jauh lebih baik!
Self Directed
Change meliliki beberapa tahapan, diantaranya:
a. Meningkatkan
Kontrol Diri.
Meningkatkan
control diri yaitu, Kontrol diri berkaitan dengan bagaimana cara seseorang
mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dalam dirinya (Harlock). Ketika
seseorang ingin merubah kebiasaannya terhadap perbedaan yang besar.
Contohnya:
misalnya seorang perokok berat yang ingin lepas dari kebiasaannya merokok.
b. Menetapkan
Tujuan
Menetapkan
tujuan adalah mengubah hal yang buruk menjadi lebih baik lagi. Kita harus
menetapkan target unutk mempunyai hidup yang lebih baik lagi.
Contoh: kita
harus menahan keinginan kita untuk merokok mungkin kita bisa mengganti rokok
dengan permen-permen pengganti rokok, dan sebagainya.
c. Pencatatan
Perilaku
Pencatatan
perilaku maksudnya adalah kita mencatat hal apa saja yang bisa di rubah dari
kebiasaan kita.
Contoh:
misalnya jika kita mempunyai kebiasaan merokok, catat hal-hal apa saja yang mungkin
mengganggu kita untuk tidak merokok. Misalnya dengan menhindari teman yang
sedang merokok. Mungkin akan membantu kita untuk mempermudah godaan-godaan yang
datang.
d. Menyaring
Anteseden Perilaku
Menyaring
anteseden perilaku adalah menuliskan kebiasaan-kebiasaan yang ingin kita
perbaiki.
Contoh: selain
merokok, misalnya kita sering meminum minuman keras. Lalu kita tuliskan
kebiasan tersebut untuk di ubah menjadi lebih baik. Dari situ mungkin kita akan
berpikir sebenarnya selama ini baik atau burukkah kebiasaan tersebut untuk
kesehatan kita!
e. Menyusun
Konsekuensi Yang Efektif
Jika kita
sudah berhasil mengontrol kondisi yang memicu kebiasaan kita, kita perlu
meningkatkan meningkatkan pengendalian diri, mengatur konsekuensi dari perilaku
kita sehingga orang lain dapat menerimanya.
f.
Menerapkan Pencana Intervenesi
Membandingkan
seberapa berhasil kita mencapai tujuan-tujuan yang kita kehendaki. Misalnya,
menghitung berapa batang atau bungkus rokok yang di hisap dari sebelum kita
menerapkan tahapan-tahapan ini sampai sudah menerapkan tahapan ini.
g. Evaluasi
Evaluasi
adalah, melihat berapa besar kemajuan yang sudah kita lakukan untuk perubahan
yang lebih baik. Pastikan setiap tahapan terpenuhi. Jika memang ada tahapan
yang belum bisa terpenuhi lebih baik kita mengulang tahapan-tahapan tersebut
agar tujuan dapat tercapai dengan baik.
Referensi:
Gibbons Murice (2002) The
Self-Directed Learning Handbook
Goleman, Daniel (2004) Primal
Leadership Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi. Jakarta: PT Gramedia
Goleman, Daniel (1996) Emotional
Intelligence ( Kecerdasan Emosional ).Jakarta: PT Gramedia
Komentar
Posting Komentar